Kamis, 01 September 2011

ISTRI PAMAN


Saat itu pertengahan 1989 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru.. dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan... setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, akupun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah mang Iyus dan bi Laha. 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'. Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu.

Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket-supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia mang Iyus sudah mencapai 45 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Laha itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus ngga kalah cantiknya.. ". Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya.

Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 19 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Laha tampaknya pasrah saja dimadu.
Aku memasukkan Honda Accord ku ke halaman rumah mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter !! Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu.

Seorang lelaki setengah baya dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi.
"Mang..kumaha, damang ?*" kataku seraya mencium tangannya

"Baik..baik, bapa dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung.." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi.
"Aduuh..mani repot..nuhun atuh... BUUUU !! INI CEP RAFI DATANG.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang..." Bi Laha mengulurkan tangannya menerima cium tanganku.
"Apa kabar bi Laha..? Bibi memang cantik seperti kata bapa..."
"Aaahhhh kamu bisa aja... anak dan bapa sama aja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. TIIII..TITI.... TOLONG BAWA BARANG-BARANG CEP RAFI KE KAMARNYA..." Bi Laha menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 165 cm.. kulitnya putih mulus.. dan wajah serta
postur tubuhnya mirip dengan Rina Gunawan.. ( itu lho, penyiar AMKM di TPI yang juga berperan sebagai teman bisnisnya Sarah di Si Doel Anak Sekolahan 4 ). Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan diatas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang.....

Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 34, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tau perhitunganku tak meleset. Ukuraannya 36.
"Waahh.. mang Iyus sekarang lagi sering ke pabriik.. jadi jarang di rumah" Kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku.

Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya.. daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku.. membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya.

Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tau bisa merasakan putingnya. Bi Laha merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku.

Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya !!!'

3 hari pertama, aku melakukan sosialisasi dengan keluarga mang Iyus. Terutama, tentunya, dengan bi Laha. Perempuan - yang bernama lengkap Nugraha -- itu ternyata seorang yang cerdas dan senang membaca. Walau hanya lulusan SMA, ia banyak menguasai masalah-masalah aktual masa kini. Dari masalah ekonomi, politik, sampai ke soal fashion. Benar-benar teman bicara yang mengasyikkan. Akhir-akhir ini mang Iyus tampak lebih sibuk dengan pabrik dodolnya dan, sudah tentu, istri barunya. Sehingga praktis ia baru ada di rumah sesudah jam 8 malam setiap harinya. Itupun karena aku ada disini. Biasanya, hari Kamis sampai Minggu lelaki itu menginap di rumah Nuke, isteri mudanya. Bisa kubayangkan betapa kesepiannya bi Laha. Apalagi, belakangan kutau bahwa sudah 6 bulan lebih mang Iyus mengalami masalah dengan 'senjatanya' karena pernah terkena tendangan bola yang keras sekali sehingga harus dirawat seminggu dua kali oleh seorang dukun urut.

Malam itu, seperti biasa kami ngobrol berdua menunggu mang Iyus pulang. Badan kami terasa sangat segar selepas mandi setelah sesorean bersimbah keringat membersihkan rumah yang baru saja ditinggal pulang Titi, pembantu setia keluarga itu, selama seminggu. Saat itu bi Laha mengenakan kebaya hijau muda dikombinasikan dengan kain jarik hijau tua. Mang Iyus memang menyuruh isteri-isterinya mengenakan kebaya setiap hari. "Lebih indah.." Katanya suatu hari. "Lebih merangsang.." Jawabku dalam hati. Rambut perempuan yang belum lagi kering itu diikat buntut kuda, memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan putih mulus.

Bi Laha tidak mengenakan penutup dada sehingga buah dadanya menyembul keluar dan dari belahannya kentara sekali kekenyalannya. Ingin rasanya memasukkan tanganku diantara belahan dada itu dan meremas sekuat-kuatnya. Kami duduk berhadapan di meja makan kayu berukir berukuran besar.

"Bi Laha.. umurnya sudah lebih dari 30.. kok badannya masih..." Sengaja aku mengalihkan topik pembicaraan ke topik yang agak 'syuur'.. Siapa tau bisa jadi entry point untuk menggumuli tubuh isteri pamanku itu. "Masih apa Fi..." Deliknya sambil tersenyum.
"Masih kenceng.. masih.. seksi.." jawabku seraya memandang wajah bi Laha yang mendadak bersemu merah.


Buah dada bi Laha naik turun mengiringi degup jantungnya yang semakin cepat "Untung benar mang Iyus bisa menikmati tubuh bibi yang montok ini.... Kalau saya jadi mang Iyus.. bibi akan saya tiduri setiap hari.." Kata-kata itu begitu saja mengalir tak terbendung. Aku sendiri terkejut mendengar pernyataan yang terkesan 'vulgar' itu. Konyolnya, gara-gara membayangkan kata-kata itu tanpa sadar penisku bangkit dan mengeras.. Nampak bi Laha juga sedikit terkejut mendengar kata-kataku .. gila.., mungkin begitu pikirnya, beraninya seorang keponakan berkata-kata jorok kepada bibinya.. untung dia tak marah.. malahan terenyum menggoda..

"Tiap hari Fi..? Kuat emangnya..?" Uff, jawabannya membuat penisku terasa sakit karena tertekuk di dalam celana dalamku.
"Hmm.. jadi bibi mau coba..?"

Aku tersenyum menantang seraya berdiri dan berpura-pura akan menurunkan resleting celana katunku sambil mengambil kesempatan untuk membetulkan posisi penisku.. hahh.. lega.. "Iiiiiiihh... Rafi jorok ah... nanti ketauan mang Iyus..." Pekiknya sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Namun mata perempuan itu tampak diam-diam mengintip melalui jemarinya yang lentik. Wajahnya tercengang melihat bagian depan celanaku yang lebih menggelembung dari biasanya. Karena bahan katun yang lemas, penisku tercetak dengan jelas sedang berdiri tegak. Aku melirik ekspresi istri pamanku itu. Kentara sekali wajah bibiku itu bertanya-tanya.

"Nggak bakal ketauan bi.. mang Iyus kan lagi di pabrik.."
"Iiihh.. ngga mau ah.. bibi takuut.. " Kata bi Laha sambil bersiap bangkit dari kursi.
"Lo.. lo.. mau kemana bi..? Duduk aja.. saya cuma becanda kok.." "Uuuhhh.. dasar.., kirain beneran.."
"Kalau beneran, gimana ? Bibi mau..?" Sejenak Bi Laha memandang bongkahan besar di selangkanganku, kemudian mendelik galak kearahku.. lalu membuang muka.
"Tauk ah.."
"Loo..kok malah ngambek.. ayo dong bi.. saya kan cuma becanda.. " Perempuan itu masih juga tak mau melihat mukaku. "Iya deh.. bi.. sorry... jangan ngambek terus doongg.. entar punya saya tambah gede lo.."
"Iiih.. Rafi.. kamu tuh ngomongnya ngaco deh.. Lagian apa hubungannya ngambek sama.. sama.. punya kamu.."
"Ada dong bi.. kalau bibi ngambek, mukanya tambah merangsang.. hehe.." Isteri pamanku itu pun tersenyum geli, lalu melemparkan serbet ke mukaku.. "Dasar ngeres.."

"Hehe.. Kebetulan bi.. berhubung kita udah kepalang ngeres.. kita cerita-cerita pengalaman ngeres yuk?"
"Yang ngeres kan kamu Fi bukan bibi…" Katanya memprotes.
"Iya deehh.. saya yang ngeres.. tapi mata bibi tadi juga ngeres.. buktinya tadi bibi ngeliatin terus 'punya' saya.."
"Itu bukan ngeres tauk !!! Itu kaget !! Habisnya…" Seperti sadar karena kelepasan omong, bi Laha tak melanjutkan kata-katanya. Ia menutup mata dengan tangannya sembari menggigit bibirnya yang tak kuasa menyunggingkan senyum.
"Abisnya apa bi..? Abisnya besar ya…" Aku melanjutkan kata-katanya sambil menyeringai.. Muka bi Laha memerah, sambil lagi-lagi membuang muka, ia mengangguk.
"Naah.. makanya.., biar asyik.. gimana kalau kita cerita tentang bagaimana si 'besar' saya itu bisa membuat perempuan tergila-gila... " Bi Laha tersenyum dan kembali memandangku.
"Kamu memang gila.. tapi... boleh juga tuh.. walaupun kedengerannya agak serem.. asal jangan nakut-nakutin bibi kayak tadi lagi ah.."
"Nggaa.. janji deh bi.. anggap aja sekarang kita lagi belajar anatomi tubuh.. kalaupun saya menunjukkan bagian tubuh saya pada bibi.. itu cuma demi pengetahuan kok.. suer.." Kataku seenaknya untuk menenangkan hatinya. Lalu perempuan itu meletakkan dagu di atas tangannya yang bertelekan di atas meja, menunggu aku bercerita. Akibatnya, buah dadanya tampak semakin menggelembung terganjal meja. Saat itu aku menyesal kenapa tidak diciptakan sebagai meja.
"Bi.. saya sudah kenal perempuan sejak SMA lo.. entah kenapa.. nafsu saya besar sekali.. sejak kali pertama itu, hampir tiap hari saya minta 'begituan' sama dia.. sampai-sampai dia sendiri kewalahan.. "
"Dia itu temen SMA kamu Fi..?"
"Heheh.. rahasia.. pokoknya perempuan.. cantik, montok, dan seksi.." "Sampai sekarang, kamu juga minta 'gituan' tiap hari Fi..?"
"Ngga.. sekarang agak berkurang.. paling banyak tiga kali seminggu.." "Kalo ngga ada perempuannya ?" Bi Laha mulai penasaran.
"Ya swalayan dong bi... seperti sekarang.. karena saya lagi ngga punya temen tidur.. yaaa terpaksa.. kecuali kalau bibi…."
"Aaaa.. tuh kaan.. mulai lagii.." Nada bicara bi Laha terdengar merajuk. "Heheh.. becanda… Nah.. selera saya selalu pada perempuan yang liar.. yang ngga malu untuk teriak-teriak.. yang kalau cium bibir lelaki seperti orang kehausan mencari air.. yang kalau saya tindih badannya menggeliat-geliat sehingga teteknya yang tergencet menggesek-gesek dada saya.. " Bi Laha nampak tercengang mendengar kata-kataku mengalir begitu saja tanpa rasa risih.

"Heheh.. santai aja bi.. saya ngga ngerasa risih ngomong beginian sama bibi.. habis bibi enak diajak ngobrol.. jadi yaa alami saja lah.." Perempuan itu agak tersipu karena 'terbaca' olehku. "Sampai dimana tadi..? O ya.. perempuan liar.. tapi jangan salah bi.. saya selalu memulai dengan lembut.. penuh rasa sayang… biasanya saya mulai cium pipinya.. terus hidungnya.. lalu mampir ke kuping.. saya paling suka gigit daun telinga dan jilatin lubangnya.. biasanya temen-temen perempuan saya sampai disitu udah ngga tahan.. kalau liarnya keluar, macem-macem deh reaksinya.. ada yang minta teteknya diremes keras-keras.. ada yang minta putingnya digigit dan disedot.. ada juga yang langsung ngisep kontol saya.. "

Nafas bi Laha mulai memburu. Berkali-kali tampak ia menelan ludah. "Ko..kontol kamu pernah diisep perempuan Fi..?" Ia menyebut kata 'kontol' dengan sedikit risih karena tidak biasa. Suaranya terdengar serak. Aku mengangguk. "Rasanya kayak apa ya Fi..?" "Bibi belum pernah ngisep kontol ..?" Bi Laha kembali tersipu. Ia agak jengah dengan pertanyaanku yang tembak langsung itu. Walaupun sedikit kikuk, ia mencoba menjawabnya. "Ehm.. gimana ya bilangnya Fi.. soalnya mang Iyus biasanya langsung tancep sih.. terus… dianya molor.. jadi ya ngga ada variasi.." "Jadi belum pernah dong ?" Kejarku, dan perempuan itu menggeleng.

"Heheh kasihan bibiku sayang.. tapi jangan kawatir.. nanti saya ajarin deh cara-caranya.. tapi prakteknya tunggu sampe mang Iyus sembuh dulu ya..?" Aku mencoba menghibur. Namun, bi Laha hanya tersenyum masam pertanda apatis. "Ada cara lain sih bi.. ya swalayan itu tadi.. masturbasi.." "Tapi… tapi kan masturbasi akan terasa lebih nikmat kalau kamu udah pernah ngerasain yang sebenarnya.." "Betul sekali bi.. tapi saya ada solusi untuk itu.. " Aku bangkit mengitari meja dan duduk di sampingnya. Kami berdua duduk di kursi tanpa sandaran.

"Saya ngga akan apa-apain bibi.. jangan takut.. " Kataku disambut senyum manisnya. Amboii cantiknya.. Tiba-tiba batinku seakan mengucapkan janjinya bahwa di malam inilah aku akan menikmati tubuh sintal isteri pamanku. "Pejamkan mata bibi.. saya akan mengelus muka dan tangan bibi.. lalu bibi harus berfantasi sesuai petunjuk saya..ok ?" Tanpa minta persetujuan aku berdiri di belakang bi Laha dan dengan lembut menutup matanya. "Atur nafas bibi.." Lalu aku meletakkan jari telunjuk dan tengahku di pipi kanannya "Bayangkan jari saya ini bibir lelaki ya bi.."

Bi Laha tak bereaksi. Ia menurutiku menutup mata. Hanya saja terasa otot tubuhnya menegang. Mungkin malu, tegang, dan gairah bercampur jadi satu. Kedua jariku mulai menelusuri pipinya yang mulus dan kencang, menelusuri sisi hidungnya yang indah, kemudian berhenti sebentar di bibirnya yang sexy dan tampak basah. Pelan-pelan kucubit bibir bawahnya.. "Mmmmhhh.." Perempuan itu menghela nafas. "Bi.. bayangkan seorang lelaki mencium lembut bibir bibi.. lalu sesekali ia menggigit bibir bawahnya.." Sementara itu tangan kiriku mulai mempermainkan daun telinganya. "Sssss…" Bi Laha mendesis dan menggeliat kegelian. Penisku mendadak berdenyut. Aku benar-benar hampir tak dapat menahan nafsu birahiku. Siapa yang bisa tahan melihat perempuan montok berkulit kuning langsat dengan buah dada yang menggelembung keluar dari kebayanya tengah mendesis-desis kegelian..!! Niat untuk memperkosanyapun mulai mendominasi sel-sel otakku. Terbayang betapa menggairahkannya menggumuli tubuh sintal ini seraya memaksanya bersetubuh. Tapi suara hatiku melarang. Perempuan ini isteri pamanmu ! Perlakukan dia dengan semestinya..! Heheh.., ternyata di situasi seperti ini masih ada juga peran suara hati. Jari tangan kananku sudah sampai ke dada bi Laha, tepat sebelum daging buah dadanya. Sejenak jari-jariku membelai-belai tulangnya, sambil sedikit-sedikit mulai menyentuh gelembung buah dadanya yang empuk itu...

Nafas bi Laha semakin terdengar tidak beraturan.. matanya masih terpejam.. alisnya mulai berkerut.. bibirnya sedikit menganga.. buah dadanya naik turun.. tangan kanannya pelan-pelan turun ke selangkangannya dan disambut oleh jepitan kedua pahanya yang langsung bergerak menggesek satu sama lain.. my god !! Perempuan ini sudah tidak sungkan-sungkan untuk menggesek-gesekkan vaginanya ke tangan sendiri di depanku. That's good !! Tangan kiriku turun dari telinganya dan mulai meremas-remas pundaknya yang sekal.. dengan hati-hati ku tempelkan penis yang sudah tegak berdiri di balik celana katunku ke punggungnya.. tak ada reaksi.. lalu kutekan dengan sedikit keras sehingga penis besarku terasa gepeng terjepit oleh perutku dan punggungnya.. Bi Laha tersentak dan membuka matanya.. aku tidak perduli dan terus menggesek-gesekkan penisku.. perempuan itu menengok kebelakang dan terbelalak melihat dari dekat bentuk penisku yang tercetak di celana katunku sedang menggesek-gesek punggungnya..

Tiba-tiba bi Laha menatapku dengan kawatir.. "Fi.. bibi takuut.." Aku tersenyum dan dengan lembut tangan kananku kembali menutup matanya.. "Sshhh.. ngga papa bi.. nggada siapa-siapa kok.. dan bibi ngga akan saya apa-apain.. suer.." dengan penuh perasaan janji-janji surgaku mengalir deras siap untuk mendinginkan gejolak ketakutannya.. and it works... otot tubuhnya kembali terasa santai.. bahkan.. beberapa saat kemudian.. bi Laha mulai membalas gesekanku dengan menggerak-gerakkan punggungnya kekiri dan kekanan seakan hendak memberikan kesempatan pada setiap pori kulit punggungnya untuk menikmati kerasnya penisku.. Melihat respon seperti itu aku mulai lepas kendali.. sambil terus menggesekkan penis.. meremas pundak kirinya.. dan mulai membelai belahan buah dadanya.. dengan lembut kukecup leher kirinya seraya bibirku menelusurinya turun ke pundak.. "Bi.. bayangkan lelaki itu mencium leher bibi.. terus turun ke pundak.. bayangkan bahwa sebentar lagi bibir itu akan melewati susu bibi.. mencium-cium kecil sekeliling puting.." "Ouhhh Fiii… ssss.." bi Laha mendesis keras seraya menggerakkan kepalanya ke kanan pertanda mulai terangsang.. bibirku kemudian menggigit-gigit kecil daun telinganya.. dan kemudian.. aku memasukkan lidahku di lubang telinganya dan mulai menciumnya.. kepala bi Laha menggeleng-geleng agak liar.. "Nggghh.. nggghh.. " Erangnya kegelian.. "Kontol saya enak rasanya bi…?" bisikku sambil terus menjilati telinganya. Sambil terus mengerang, ia mengangguk.. "Lebih besar dari mang Iyus bi..?" Erangan isteri pamanku itu terdengar mengeras, lagi-lagi ia mengangguk. "Bibi mau ngerasain kontol beneran saya..?" Bi Laha menengadahkan kepalanya dengan alis berkerut, mata terpejam dan mulut menganga.. "Hhhhh.. mm..mau Fi.. ehhhh.."

Ketika itu juga kuselipkan tangan kananku ke balik beha hitamnya dan.. yesss… keempukan dan kekenyalan buah dada kanan isteri pamanku ini betul-betul terasa nikmat di dalam genggamanku..puting susunya begitu keras dan panjang..
"Bi Laha.. bayangkan lelaki itu sekarang dengan buas sedang mencupang susu.. dan menyedot puting bibi…" "Ouuuhhh.. haaaahhhh.." Bi Laha menggelinjang sampai-sampai pantatnya terangkat dari kursi.. sikunya menyenggol gelas di atas meja sehingga tumpah.. seakan diingatkan tiba-tiba bi Laha meronta mencoba melepaskan diri dari remasan dan ciumanku..

"Fi.. Fii.. ssss.. ehhh… FIIII… jangann.. nan.. nanti keterusan.. ahhh..jangan.." rintihnya memohon.
Bukannya berhenti, malah dengan cepat kuselipkan juga tangan kiriku ke balik beha satunya sehingga sekarang kedua tanganku berada di balik beha nya meremas kedua buah dada montok bi Laha. Dengan sekali sentak, kukeluarkan kedua buah dada besar itu sehingga bentuknya menonjol ke atas karena tertahan oleh kedua cup beha di bagian bawahnya. Tanpa mebuang waktu, jari jempol dan telunjukku memilin-milin putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu.. bi Laha semakin mengerutkan alis dan mulutnya meringis seperti orang kepedasan.. "Aouuuhh.. Fiii.. gelliii..ssss " bi Laha mulai mendesah dan mendesis tak karuan. Kedua tangannya kini menjulur ke belakang memegang belakang pahaku.

Sambil masih memilin puting kirinya dan menciumi lehernya, aku membuka resleting celanaku.. menurunkan sedikit celana dalamku.. lalu kukeluarkan penis raksasaku.. tangan kananku menjulur kebawah lalu dengan sekali tarik kuangkat ujung baju kebayanya ke atas sehingga punggung mulus behias tali beha hitam milik isteri mang Iyus itu kini terpampang di hadapanku. Kuletakkan penisku yang sudah sangat tegang itu di atas kulit mulus punggung bi Laha.. Lagi-lagi bi Laha membuka matanya dengan pandangan kebingungan, antara keinginan melihat penisku bercampur dengan ketakutan akan melakukan persetubuhan dengan lelaki bukan suaminya. Ia hanya bisa mengerang dan menggelinjang sambil menoleh menatapku ketika dirasanya daging keras penisku mulai menggesek-gesek kulit halus punggungnya.. dirasanya punggungnya mulai ditetesi oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisku.. bi Laha benar-benar terlihat berada di simpang jalan.. ia begitu bergairah dengan sensasi yang belum pernah dialaminya selama hidup.. namun ia begitu ketakutan melihat keponakannya dengan penuh nafsu tengah meremas-remas susunya, memilin putingnya, menggesekkan penis di punggungnya, dan… perempuan itu dengan mudah menebak bahwa perbuatan ini akan berakhir dengan persetubuhan !! Jam dinding berdentang keras menandakan pukul 8 malam. Waktu dimana mang Iyus biasa pulang. Seakan tersadar dari mimpinya, bi Laha meronta dan menahan kedua tanganku yang masih sibuk meremas buah dada dan putingnya.. "Fi…tolong.. stoop.. inget Fi.. kamu keponakan bibi.." Sambil berkata, perempuan itu menjauhkan kedua tanganku dari buah dadanya. Tak kehilangan akal, begitu terlepas dari puting, tangan kananku langsung menyambar selangkangannya dan meraba gundukan daging di balik kain jarik yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan cepat tanganku mengocok vagina bi Laha dari luar. Bi Laha sempat terbelalak melihat reaksiku.. ia sama sekali tak menduga gerakanku.. dan matanya tampak terkejap-kejap menikmati kocokan jemariku di celana dalam nilon yang menutupi daerah klitorisnya.

Sempat ia merenggangkan paha beberapa saat seakan menyilakan tanganku mengeksplorasi vaginanya lebih jauh.. namun dengan kekuatan entah dari mana, ia berteriak "FII.. LEPASKAAANN BIBI…" lalu meronta, dan mendorongku kebelakang hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu meloncat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan, buah dadanya bergelayutan keluar dari beha nya, kain jariknya nyaris lepas dari stagennya. Sial !! Padahal dia hampir menyerah !!! "Fi.. cukup Fi.. kita ngga boleh berbuat lebih jauh dari ini.. bibi yakin, kalau kita teruskan.. ini akan berakhir di atas ranjang.." Katanya dengan nafas memburu sambil membelakangiku dan memasukkan kembali kedua buah dadanya ke dalam beha. "Nggak akan berakhir di ranjang bi.. kan saya sudah bilang dari awal.. bibi NGGA AKAN SAYA APA-APAIN.. masa bibi ngga percaya omongan saya?? " Ia merapikan baju kebaya dan rambutnya "Bukan itu

Lalu ia berbalik ke arahku… dan perempuan itu terbelalak… ia tampak terkejut dan tanpa sadar menjerit kecil "Ya ampuunn Rafi..BESARNYA…" Mata Bi Laha terpaku pada penisku yang masih mengacung tegang keluar dari celana dalamku. Urat-urat tegang tampak sekali menonjol di sekeliling batang berdiameter 3-4 cm itu. Kepala penisku menunjuk langsung ke wajah perempuan berusia paruh tiga puluh itu. Keraguan kembali tergambar di air mukanya. Dari situ aku yakin, bahwa birahi isteri pamanku itu masih tersisa terlalu banyak untuk dilewatkan begitu saja. Nafsuku benar-benar sudah naik ke kepala.. aku sudah tak peduli.. kubungkam suara hatiku .. kubuang janji-janji bull shitku pada bi Laha… dan dengan cepat kuhampiri tubuh montoknya lalu kupeluk dengan erat. "Rafiiii mau apa kamuffff..mphhhh.." Teriakannya terpotong oleh lumatan bibirku di atas bibirnya yang ranum itu. Itulah kali pertama aku mencium bibiku.

Pelukanku sedemikian eratnya sehingga terasa buah dadanya yang menggencet dadaku seakan hendak pecah. Ia melepaskan bibirnya dari lumatanku dan memalingkan muka mencoba untuk melawan. "Rafi.. JANGAN..ingeet.. SAYA ISTERI PAMANMU.. ohhhh…NANTI BIBI TERIAK !!!" Tak kuhiraukan kata-katanya. Di kupingku terngiang bisikan-bisikan yang terasa semakin keras : Dia mau.. Dia mau.. PAKSA DIA.. PERKOSA DIA..!! Maka dengan bertubi-tubi kuciumi lehernya sehingga walaupun ia meronta dan memukul-mukul punggungku, terasa sesekali badannya menggelinjang karena geli. Bunyi kecupan bercampur erangan birahiku dan desahan yang memohon aku melepaskannya menggema di udara dingin rumah besar di kabupaten Garut itu. Ia memejamkan matanya tak berani menatapku yang kini mulai menjilati telinga dan lehernya.. "TOLOOONG…TOLOOOONG !!!" Tiba-tiba perempuan itu menjerit.

Aku terkejut mendengar teriakan bi Laha. Ini bahaya..!! Bisa bubar semua rencana !! Lalu kudorong dengan paksa dan kurebahkan tubuh sintal yang meronta-ronta itu ke atas meja. Kedua tanganku dengan kuat menahan pergelangan tangannya yang kini membentang keatas. Bi Laha semakin meronta. Kepalanya di palingkan dengan keras ke kiri ke kanan untuk menghindari bibirnya dari lumatanku. Pinggulnya yang terbaring di pinggir meja disentak-sentak untuk menjauhkan penisku dari selangkangannya.. Well, tak ada pilihan lain.. sorry bi Laha.. lalu dengan kasar kutindih tubuh montok itu sehingga rontaanya tertahan... pinggulku mengunci gerak selangkangannya.. penisku kini tergencet oleh perutku dan selangkangannya...

Lalu tanpa sengaja penisku itu tergencet oleh sebuah gundukan daging hangat yang terasa ditutupi oleh bulu-bulu lebat. Berani taruhan bulunya pasti lebat sekali.. soalnya dari luar kain kebayanya saja sudah terasa kelebatannya.. mengingat itu darahku terasa berdesir..

"Silakan berteriak bi.. ngga ada gunanya.. di rumah ini ngga ada siapa-siapa.. orang di jalanan juga ngga bisa denger.. " Kataku menantang dengan nafas tak kalah memburu dengan bi Laha. "Kalaupun ketauan paling saya diusir.. tapi bibi.. ?? Bibi bisa dicerai oleh mang Iyus yang sudah punya Nuke.. jadi apa untungnya berteriak ??" Bibiku tak bisa menjawab.. namun matanya menyorotkan sinar kemarahan padaku. Entah marah karena kata-kataku atau perbuatanku.

"Bi.. saya tau bibi selama ini kesepian… apalagi setelah mang Iyus
punya Nuke.. makanya bi.. pikir praktis aja.. kalau mang Iyus boleh punya perempuan lebih dari satu.. kenapa bibi enggak..?" Aku mulai coba meyakinkan bibiku dengan logika-logika ngawurku.. bi Laha kembali memejamkan mata dan memalingkan muka seraya menggigit bibir. Tampak betul ia tengah berusaha menekan kemarahan di dalam dadanya. Mataku menelusuri tubuh sintal yang tertindih oleh tubuhku. Baru kusadari betapa merangsangnya posisi tubuh bi Laha itu dilihat dari atas. Kedua tangannya membentang ke atas dan pahanya mengangkang. Ketiaknya yang tampak putih di balik kebaya brokat hijau itu dipenuhi oleh bulu keriting yang lebat. Wangi khas menyebar dari ketiaknya menandakan mental perempuan itu saat ini tengah tertekan. Tapi wangi itu membuat gairahku meningkat lagi. Suka atau tidak, isteri pamanku ini akan kesetubuhi !! Aku kembali menciumi leher bi Laha dengan bertubi-tubi.. terus ke dada.. mengitari puting susu.. lalu mampir ke ketiaknya.. yang rupanya merupakan weak point bibiku karena terdengar ia mendesah ketika aku mulai mengecupnya.. tanganku melepaskan pergelangan tangan bi Laha dan .. BREEETT..!!! Dengan kasar kurobek kebaya di bagian dada sehingga buah dada besar yang masih tertutup BH hitam itu terbuka menantang wajahku. Tangan bi Laha berusaha menutupi dadanya yang kini bebas dilihat oleh mataku. "Hhhh.. Fiii… bibi malu…" bisiknya lirih.

Aku kembali meraih tangan bi Laha dan menahannya dalam posisi membentang ke atas. Posisi itu membuat bagian depan kebaya brokatnya terbuka ke samping sehingga perutnya yang kencang dan mulus itu terlihat dengan jelas. Buah dadanya terangkat keatas tertarik beha nya yang cuma mampu menutupi ¾ bagian buah dada bibiku itu. Bagian bawah bukit kembarnya menonjol keluar dari bagian bawah beha hitam berukuran 34 itu. "Susu bibi seksi sekali.. mang Iyus bener-bener lelaki beruntung.. " Dan aku pun mulai menciumi daging empuk di bagian atas buah dadanya.. lalu ku gigit beha nya dan kuangkat kedua cup-nya sehingga kedua buah dada itu melejit keluar. Wuiihhh.. benar-benar buah dada yang indah.. begitu putih dan mulus.. urat-urat birunya tergurat halus di sekitar putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Aku mulai mengecup dan menjilati buah dada kenyal itu dengan rakus.. kecupan dan jilatanku itu mulai menyusuri daerah sekeliling putingnya.. gerakan melingkar itu semakin kecil dan semakin kecil…

"Ehhhh..euhhhhhh… sssss…" Ditengah rontaannya yang mulai melemah, terdengar bi Laha merintih dan mendesis keenakan.. sambil terus membuat gerak melingkar lidahku sesekali menyentil putingnya.. membuat rintihannya semakin keras diselingi dengan nada kesal karena merasa dipermainkan... hehe.. rupanya perempuan ini ingin cepat-cepat diisap.. if that what you want…that is what you get… satu, dua… dan… tiga !! Lalu kumasukkan putting dan ½ buah dada isteri pamanku itu ke dalam mulutku.. "Aohhhhh…ssss…"

Gerakan tubuh bi Laha mulai liar. Lalu dengan rakus kusedot dan jilat putingnya bergantian kiri dan kanan. Sambil merintih bi Laha menjilati bibirnya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Rambutnya sudah awut-awutan dan setengah basah terkena tumpahan air minum di meja. Denyutan di penisku terasa makin keras.. akupun tak mau berlama-lama.

Sambil terus menyedot buah dada dan putingnya, tangan kiriku melepaskan tangan bi Laha dan dengan cepat menyingkap kain kebaya bi Laha sampai sebatas perut sehingga terlihatlah pahanya yang putih mulus itu mengangkang di depan penisku.

Dari luar celana dalam nya yang berwarna krem, terbayang segumpal bulu keriting lebat yang menutupi vagina. Sebagian daripadanya nampak keluar dari celana dalam yang basah di daerah selangkangan itu. Duh bi Laha.... aku benar-benar tak sabar untuk segera mencium, menjilat, dan memasukkan penisku ke vaginamu yang seksi... Lalu tangan kiriku dengan cepat meraba pahanya dari lutut sampai selangkangan. Begitu sampai, jari tengahku langsung kutempelkan di belahan vaginanya.. dengan seketika jariku merasakan kehangatan pada celana dalam yang sudah basah dan lengket itu.. pelan-pelan kutekan jari tengahku sehingga kain celana dalam nya ikut melesak masuk ke liang vaginanya.. otot bi Laha menegang, pinggulnya terangkat sedikit membuat jariku dan kain celana dalamnya semakin terbenam.. "Fii.. eeeehhhh… " Dengan mata terbelalak ia merintih. Kepanikan mulai terbayang di wajahnya.

Tangan kanannya yang bebas memegang dadaku seakan siap untuk mendorong.. Oh NO YOU DON'T.. tak akan kubiarkan terulang lagi.. kuhentikan semua aktivitasku.. lalu… SREEEET..!! Dengan cepat kedua tanganku menarik celana dalam isteri kesepian itu ke bawah sehingga lolos melalui kedua pergelangan kakinya. "Ahhh.. FIII JANGAAANNN…" Bi Laha menjerit dan mencoba bangkit. Tapi.. BRAAK !! Dengan cepat kutindih kembali tubuh montok yang hampir saja terduduk itu sehingga punggungnya yang mulus sedikit terhempas ke meja. Wajah bi Laha semakin panik ketika kutempelkan kepala penisku ke liang vaginanya.

Kedua tangan bi Laha yang bebas kini merenggut bajuku di punggung dan menjambak rambut belakangku. Kuputar-putar kepala penisku di pintu liang vaginanya yang ternyata sudah sangat becek itu sehingga kecipaknya terdengar jelas. Lalu dengan perlahan kumasukkan kepala penis besarku itu ke liang vagina bibiku.. Wajah bi Laha menunjukkan kepanikan yang amat sangat ketika kepala penisku mulai membenam.. Nafas perempuan itu memburu tak karuan.. buah dadanya bergerak naik turun semakin cepat.. "ooooohhh…oooOOOHHH.. OOOOHHH.." Tanpa bisa berkata apa-apa lagi perempuan itu menjerit mengiringi batang penisku yang membenam semakin dalam… semakin dalaaam.. mata bi Laha tetap membelalak dengan alis berkerut sambil menggigit bibirnya menikmati benda dengan ukuran yang belum pernah dirasakan seumur hidupnya perlahan-lahan memasuki vaginanya.. tiba-tiba ia meringis dan memeluk punggungku dengan erat.. "Duuuuuhh… aduuuhhhhh.. Fiiii… sakiiiit.." rintihnya sambil menggigit pundakku.. rupanya vagina yang sudah lama menganggur itu agak kaget menerima tamu berukuran besar.. padahal baru separuh dari penisku itu memasuki vaginanya.. aaah.. its now or never pikirku… lalu… "AAAAAAAAAAKHHHH….Fiiiiii….OOOOoooohhhhh…. " jeritan panjang isteri pamanku itu menggema di udara dingin desa Cilimus ketika dengan sekali tekan kuamblaskan seluruh penis sepanjang 16 cm itu ke dalam vagina bi Laha.. rambutku terasa pedas karena jambakannya yang keras.. dan bajuku nyaris koyak karena direnggut dengan kuat oleh bibiku itu..

Wajah bi Laha menunjukkan kepasrahannya. Matanya menatap sayu, dan nafasnya tersengal-sengal. Dari sorot matanya, perempuan berusia 30 an itu sudah menyerah total. Tak ada lagi kepanikan dan ketakutan. Tak pula kulihat kekawatiran suaminya akan pulang setiap saat. Perhatian isteri pamanku itu hanya pada vaginanya yang dengan erat mencengkram penis besarku. Ia tak ingin memikirkan hal lainnya kecuali bersiap merasakan impuls-impuls kenikmatan akibat bertemunya dua kelamin. Aku mulai mengangkat pinggul dan menurunkannya perlahan. Lalu angkat, dan turun lagi.

Mata bi Laha tampak terbeliak. Pinggulnya mulai bergerak-gerak mencoba mengimbangi iramaku. "Sakit bi..?". Dengan segera ia menggeleng. "Ngga Fiiii..ngga…, ennnaaaak.. ouhhhhhh.."

Gerak naik-turun pinggulku mulai kupercepat. Setiap hujaman penisku membuat perempuan itu merintih. Tampak bi Laha mulai menikmati persetubuhan ini. Tiba-tiba isteri pamanku itu mengangkat pinggulnya bersamaan dengan hujaman penisku ke dalam vaginanya. Ketika aku menarik penis ke arah luar, ia pun kembali meletakkan pinggulnya di meja. Lalu diangkatnya lagi ketika kuhujamkan penisku. Gerakan pinggul kami ini lama-kelamaan mulai mengeras. Bunyi pahaku yang menampar buah pantatnya mulai terdengar berirama makin cepat. "Plak………plak……….plak…plak…plak… plakplakplak..".

Penisku terasa diremas-remas dan dikocok-kocok keras dengan gerakan pinggul kami. Kenikmatannya semakin terasa ketika tiba-tiba bi Laha merangkul pinggangku dengan kedua kakinya, sehingga pinggulku lebih leluasa bergerak. Lalu, penisku terasa diputar-putar ketika bi Laha dengan erotisnya memutar-mutar pinggulnya. Perempuan itu memejamkan matanya seraya sesekali menjilati bibirnya sendiri. Erangan-erangannya berhamburan tak terbendung dari mulutnya yang seksi. Tanganku bertelekan di atas meja sehingga dapat kulihat buah dada perempuan ini bergoyang-goyang mengikuti irama hujaman penisku.
Tak tahan melihat geletar bukit kembar itu, aku menundukkan kepala lalu kubenamkan mulutku ke buah dada montok dan kenyal itu. "Ahhhhh.. Fiiii, sedot yang kerassss…aaaaahhh…."

Tiba-tiba telepon di ruang tamu berdering keras. Bunyinya terdengar seperti guntur di kala badai. Tampak bi Laha terkejut. Otot-ototnya menegang, matanya terbelalak, dan tangannya memegang dadaku. Aku mempercepat hujaman penisku di dalam vaginanya. Tapi perempuan itu seperti kehilangan ruh. Goyangan pinggulnya telah terhenti.

KRIIIIIINGGG… telepon itu menjerit semakin keras. Tiba-tiba bi Laha mendorong dadaku dengan keras, sehingga penisku terlepas dari vaginanya. "Minggir." Katanya panik, "Itu pasti mang Iyus". Dengan kebaya robek, BH terlepas, buah dada bergelayut, kain jarik yang terlipat keatas sehingga mirip rok mini, dan rambut acak-acakan, bi Laha berlari tergopoh-gopoh ke meja telepon.
"Halooo.., Iya Pak.." Terdengar bi Laha berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu itu. Rupanya benar mang Iyus yang menelepon. "Ah ngga.. ini barusan dari luar sama cep Rafi jadi agak lama…" Hmm pintar juga perempuan ini berbohong, pikirku. "Ooooh begitu. Ya sudah, 15 menit lagi kita siap deh.. kenapa ? Ah engga … anu.. barusan angkat-angkat kursi jadinya napas saya agak cepat.." Uh, rupanya mang Iyus menanyakan kenapa nafas isterinya tersengal-sengal. Mudah-mudahan ia tak curiga. Terdengar bi Laha berkat-kata sejenak sebelum meletakkan gagang telepon.


Aku menghampiri bi Laha yang tengah bersandar di tembok seraya memejamkan mata. Wajahnya tetap cantik. Buah dadanya naik turun mengikuti irama nafasnya yang mulai teratur. Putingnya terlihat tak setegang tadi. "Apa kata mang Iyus, bi..?" Aku memegang pundaknya. Bi Laha tersentak memandangku. Ada rasa malu di wajahnya. Tiba-tiba perempuan itu menutupi dadanya yang terbuka dengan kedua tangannya, lalu berjalan ke kamar sambil merapikan rambutnya.

"Cepat ganti baju, 15 menit lagi pamanmu pulang mau mengajak kita makan malam di luar.." Hmm, apa di Garut masih ada restoran yang buka di atas jam 8 malam ? Lalu terdengar suara guyuran air di kamar mandi bi Laha. Perempuan itu mandi, rupanya. Sial ! Kelihatannya dewi Fortuna belum berpihak padaku. Lupakan dulu soal menyetubuhi bi Laha. "Restoran yang akan kita datangi itu milik sobat mang Iyus !! Bisa digedor kapan saja. Ayo cepat mandi !!" Suara bi Laha terdengar melengking dari kamar mandinya. Dengan tak bersemangat, aku bergegas menuju kamar mandi tamu.


 

Part 2
Dalam 10 menit kami sudah siap menunggu kedatangan mang Iyus. Bi Laha mengenakan kebaya encim tipis berwarna pink, dengan kain panjang putih bercorak merah. Karena tembus pandang, aku dapat melihat tali behanya yang tipis berwarna putih. Buah dadanya yang montok nampak menggumpal menantang di dadanya. Mendadak suasana begitu kaku. Aku mencoba beberapa kali bersikap santai dan mengajak bercakap-cakap. Namun, bi Laha seakan tak ingin memberi angin padaku. Setelah senyap beberapa menit, terdengar ia berkata. "Rafi, bibi merasa apa yang baru saja kita lakukan itu ngga bener.." "Tapi bibi suka kan..?" Tanyaku membela diri.
"Sebaiknya kita anggap itu kesalahan terbesar yang pernah kita lakukan, dan lupakan. Yang penting, jangan ulangi lagi " Aku terdiam. Bi Laha juga.

Kebisuan kembali menyelimuti kami berdua. Ruangan asri rumah bi Laha itu terasa semakin luas dan mencekam dengan kesunyian itu. Suara jangkrik dan kodok sawah terdengar saut menyaut. Sesekali terdengar suara angkutan pedesaan melewati jalan raya. Juga suara delman dan motor melintas. Ahh, desa yang tenang dan damai. Tempat yang sangat sempurna untuk berlibur dan bermalas-malasan. Tapi tidak dengan kebisuan seperti ini. Aku menguap seraya melihat arloji. Sudah 20 menit lebih kami tak berkata-kata. Dan mang Iyus belum juga datang. Isterinya sudah terlihat gelisah sambil terus-terusan memandang jam dinding. "Ngga biasanya mang Iyus begini.." suaranya terdengar lirih.
KRIIIIIING… Kami berdua terlonjak karena kaget. Telepon sialan, makiku dalam hati.

Bi Laha bergegas mengangkatnya. Tampaknya mang Iyus lagi yang menelepon. Mereka terlibat pembicaraan sejenak.
"Lo bapak ini gimana sih ? Kita kan udah siap dari tadi.. " Terdengar suara bi Laha meninggi.
"Iyaa saya ngerti.. tapi apa segitu mendesaknya sampai bapak musti batalin janji makan malam dan nginep disana ??" O..oo.. naga-naganya aku bisa menebak kemana arah pembicaraan ini.
"Apa ?? Cuma gara-gara ibunya pusing-pusing bapak harus nganter ke dokter ?? Apa perempuan itu ngga bisa anter sendiri ?? Dengar Pak, saya juga punya hak sebagai isteri pertama. Hari ini semestinya adalah hak saya. Bilang sama perempuan itu, kalau mau jadi isteri kedua harus berani tanggung konsekuensi.. kalau bukan harinya, jangan minta-minta antar ke dokter !!!" BRAAAAK !!! Bi Laha membanting gagang telepon seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menutup muka dengan kedua tangannya.

Aku memberanikan diri melirik ke arah bi Laha. Perempuan itu tengah duduk sambil menutup muka di sofa. Shit ! Kenapa liburanku harus diwarnai hal-hal seperti ini ?? Kenapa pula aku memilih tempat ini sebagai tempat berliburku ?? Aku menghela nafas. Ingin rasanya aku mendekati wanita yang tengah bersedih itu dan menghiburnya. Tapi saat itu, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa.
KRIIIIIIING.. Setan !! Sekali lagi ia mengejutkanku, akan kulempar ke tong sampah. Telepon itu berdering berkali-kali namun bi Laha tak juga beranjak mengangkatnya.
"Bibi ingin saya yang mengangkatnya ?" Aku menawarkan diri. Bi Laha mengangkat mukanya. Matanya merah dan basah oleh air mata. Ia tersenyum kecil, dan menggeleng. "Ngga usah Fi.. kamu baik sekali.. biar bibi yang angkat.." Kasihan benar bibiku yang cantik ini. Andai aku dapat menghiburmu. Telepon itu ternyata dari mang Iyus lagi. Mereka lagi-lagi terlibat pertengkaran soal hak isteri pertama dan kedua. Bi Laha juga tanpa tedeng aling-aling menuduh mang Iyus telah melalaikan kewajibannya untuk memenuhi haknya sebagai isteri pertama. Aku membuka pintu depan dan duduk di teras agar tidak mendengarkan pertengkaran itu. Tapi sia-sia, karena di daerah yang sepi seperti Cilimus, orang bisa mendengar suara lebih dari 50 meter. Aku memenuhi paru-paruku dengan udara malam yang segar. Aaaahhh.. aku tersenyum sendiri mengingat pengalamannya hari ini. Adakah kesempatan seperti itu akan terulang lagi ?
"Saya ngga peduli. Bapak ngga pulang selama sebulan juga saya ngga peduli. Sekarang saya akan kunci rumah, dan pergi tidur. Saya ngga mau liat mukamu malam ini !!" BRAAAKK !! Lagi-lagi bi Laha mengakhiri pembicaraannya dengan acara banting telepon. Diam-diam aku kagum pada bibiku ini. Sehari-hari ia tampak begitu lincah dan ramah. Bertolak belakang dengan apa yang baru saja kuliat. Ia bagai seekor singa betina yang mengaum menggetarkan sukma. Aku menghela nafas, lalu masuk kembali dan mengunci pintu. Terlihat bi Laha masih terduduk di sofa besar dekat meja telepon. Ia kini bersandar sambil menutupi matanya dengan tangan kanan. Tangan kirinya memegang tisu yang sesekali digunakan untuk menghapus air mata yang mengalir deras di pipinya. Dengan hati-hati aku duduk di sampingnya. Walau sempat ragu, kujulurkan tanganku memeluk pundaknya. "Mau berbagi cerita dengan saya bi..? Mudah-mudahan bisa mengurangi beban bibi." Bisikku dengan lembut. Tiba-tiba isteri pamanku ini menjatuhkan kepalanya ke dadaku dan menangis tersenguk-senguk.
"Bibi sangat setia pada pamanmu Fi.. bibi banyak berkorban untuknya.. tapi kenapa sekarang bibi disia-siakan…" Lalu ia menceritakan bagaimana ia membantu mang Iyus membangun usahanya. Ia juga bercerita bahwa tanah rumah ini adalah pemberian orang tua bi Laha. Ia juga bercerita suatu ketika mang Iyus ditipu orang sehingga harus menjual sebagian hartanya. Bi Laha menjual seluruh perhiasannya untuk menolong suaminya itu. Dan begitu banyak cerita lainnya yang menyimpulkan betapa tegarnya perempuan ini. Ia pun tetap tegar ketika harus menerima kenyataan untuk dimadu. Kami terdiam beberapa saat. Tangan kananku memeluk pundaknya dan tangan kiriku membelai lembut rambutnya. Tangan kanan bi Laha memeluk leherku sementara kepalanya masih terus bersandar di dadaku.

Tangan kanan Bi Laha membelai pipi kiriku dengan kasih sayang, lalu ia mengecup pipi kananku lembut. "Terimakasih Fi.. terimakasih untuk menemani di saat bibi butuh seseorang.. " Aku tersenyum. "Saya senang bisa membantu bibi.. Saya sayang pada bibi.." Ujarku tulus. Kata-kaku itu membuat bibiku terharu. Kembali ia menyenderkan kepalanya seraya memeluk leherku dengan lebih erat. Akupun hanyut oleh rasa kasih sayang yang menyelimuti hati kami. Dengan penuh ketulusan aku mencium kening bi Laha lamaa sekali. Lalu kukecup pipinya yang terasa basah oleh air matanya. Bi Laha mendongakkan kepalanya memandangku dengan senyuman sayang. Hidung mancungnya dekat sekali dengan hidungku. Kami berdua bisa menghirup wangi nafas masing-masing. Mata kami saling beradu pandang. Oh, alangkah indahnya matamu bi… alangkah cantiknya wajahmu… kalau kau bukan isteri pamanku, aku pasti jatuh cinta padamu. Tak peduli kau 12 tahun lebih tua dariku.

Aku menempelkan bibirku di atas bibir bi Laha. Perempuan itu tanpa ragu menyambut ciuman lembutku. Ciuman ini terasa berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya. Ciuman kali ini lebih merupakan pernyataan kasih sayang dibanding sekedar nafsu.

Entah siapa yang memulai tahu-tahu bibir kami sudah saling memagut. Lidah bi Laha mencoba menerobos masuk ke mulutku. Beberapa kali lidahnya bertumbukan dengan lidahku yang juga berupaya untuk menjelajahi lorong mulutnya. "Emmh..mmmmh.. " Perempuan itu mengerang ketika lidahku berhasil melesak masuk mulutnya dan dengan cepat mulai menjelajahi langit-langitnya. Kedua tanganku kini memegang pipinya sehingga aku dapat mengontrol pagutan bibir dan lidahku. Lalu bi Laha mencengkram tangan kiriku dan membimbingnya ke bawah melalui leher, pundak, terus
ke dadanya yang busung. Aku mulai tak percaya dengan respon isteri pamanku itu. Belum genap satu jam yang lalu, perempuan itu masih meronta-ronta menolak remasan dan rabaanku. Tapi sekarang, bibiku tanpa malu-malu membawa tanganku ke dadanya. Kuselipkan tanganku ke balik kebayanya sehingga terpegang bukit daging yang masih dilapisi oleh beha. Lalu, kuselipkan telapak tanganku ke balik behanya yang elastis itu sehingga dengan mudah kukeluarkan buah dada kanan bi Laha dari cup behanya. "Emmmh.." Perempuan itu menggelinjang ketika dengan gemas kuremas-remas buah dada montok berwarna putih itu. Remasanku membuat bentuk daging kenyal itu berubah-ubah dari bundar ke lonjong, bundar - lonjong, bundar - lonjong . Lalu, jempol dan telunjukku mulai memilin-milin puting berwarna coklat tua itu. "Yang keras Fi.. yang kerass..ahhhh.." bi Laha mendesah seraya menyodorkan dadanya sehingga telapak tanganku semakin dipenuhi oleh gumpalan bukit kenyalnya. Dan tubuhnya semakin menggelinjang ketika kuciumi jenjang lehernya yang putih mulus bagai pualam. Desahannya nyaris menjadi jeritan ketika puting yang telah berubah menjadi keras dan panjang itu kupijit dan kutarik. "Aaahhhh.. gila, tarik lagi Fi.. tarik lagiiih.. yang keraaassss…euuhhhh.."

Bi Laha menghentikan pagutannya di bibirku. Ia menjauhkan tanganku dari buah dadanya, lalu berdiri. Seraya tersenyum dan memandang mataku dengan pandangan penuh birahi, perempuan itu membuka kancing kebayanya satu per satu. Lalu ia membuka kebayanya, menggerakkan pundak, dan seketika itu juga kain kebaya pink itu jatuh ke lantai melingkari telapak kakinya. Jantungku makin berdegup kencang melihat tubuh mulus isteri pamanku yang berdiri setengah telanjang di hadapanku. Dengan sigap, tangannya membuka stagennya, dan tak sampai satu menit, kain jarik itupun terjatuh menimbun kakinya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi. Maka, tubuh sintal itu kini hanya dibalut beha dan celana dalam saja. Mataku tekejap-kejap tak percaya melihat pemandangan di hadapanku. Bi Laha mengenakan beha berbentuk bikini yang hanya menutupi sebagian kecil ujung buah dadanya. Tali pundak dan punggungnya tampak tak lebih dari seutas tali kecil. Celana dalamnya yang berwarna putih juga berbentuk bikini pantai yang hanya menutupi daerah selangkangan dan pantat yang dihubungkan oleh seutas tali melintasi pinggul kiri dan kanannya. Di bagian selangkangan, gumpalan bulu keriting nampak menerawang di balik celana dalam tipis dari bahan nilon itu. Wow.. tak pernah kubayangkan di balik kain kebaya isteri pamanku ini tersembunyi beha dan celana dalam yang desainnya sangat merangsang !!
"Kamu suka modelnya Fi ?" Bi Laha tersenyum memandang wajahku yang melongo terpesona. Kedua ibu jarinya mengait pada tali beha di depan dada. Pelan-pelan jempolnya menarik tali itu sehingga penutup buah dadanya bergeser ke atas. "Su..suka sekali bi.. " Aku menahan nafas melihat putting coklatnya sedikit demi sedikit terlihat. Tanganku dengan cepat membuka T-Shirt ku. Lalu, kuturunkan resleting celana jeans ku dan meloloskannya melalui kedua kaki. Tubuh atletisku kini hanya dibalut celana Calvin Klein merah tua. Dan celana itu tak mampu menutupi bola besarku yang diselimuti bulu-bulu keriting yang lebat. Batang penisku yang sudah tegak itu tampak menonjol di celana berbahan elastis itu. Mata bi Laha berkejap-kejap memandangi bongkahan daging di selangkanganku itu. Lalu dengan gerakan cepat, bi Laha menyentakkan tali behanya sehingga kedua buah melon montok itu melejit keluar dari cup nya dan bergayut menantang untuk dijamah.
"Kamu tega membiarkan bibi kedinginan Fi..?" Katanya sambil membuang behanya ke sofa. Tak tahan dengan godaan perempuan berusia 35 tahun yang sangat mengundang itu, aku meloncat dari dudukku dan menubruk tubuh sintal telanjang yang cuma ditutupi celana dalam tipis itu. Tanganku memeluk erat pinggangnya dan bi Laha menyambut dengan pelukan yang tak kalah erat di leherku. Dadaku terasa sesak digencet oleh kedua buah dadanya yang montok. Lalu sambil berdiri, kami saling memagut, menggigit, dan menjilat dengan buas. Jemari lentik perempuan itu membelai-belai rambut belakangku dan meremas punggungku. Tanganku bergerak ke bawah menelusuri punggungnya yang putih bak pualam itu sebelum menyelinap masuk ke dalam celana dalam nilonnya. Lalu dengan penuh nafsu kuremas dengan keras kedua buah pantatnya. "Emmmmhhh.." Bi Laha mengerang keras sambil terus menyedot lidahku. Selama beberapa saat pantat bulat bi Laha habis kuremas-remas membuat perempuan itu menggeliat-geliat keras sehingga buah dadanya menggesek-gesek dan menggencet dadaku.

"Nakal !!" Bi Laha balas mencubit putingku. Aku meringis. "Habis saya ngga tahan waktu bibi memainkan puting saya.. gelii.."
"Hmmmmm" Bi Laha tersenyum nakal sambil menurunkan kedua tangannya ke arah perutku. "Geli mana dengan ini Fi ?" Dengan cepat perempuan itu memasukkan tangannya ke celana dalamku dan, oaaaaaahhh, dalam sekejap penisku sudah berada dalam genggamannya.

Aku merasakan kecanggungan bi Laha ketika menggenggam penisku. Seakan-akan tengah menimbang-nimbang 'mau diapakan benda ini ?'. "Dikocok dong bi…" Bisikku memohon. Seketika itu juga tangan bi Laha mulai bergerak-gerak di dalam celana dalamku. "Iya bi.. iyaahh.. lebih cepat bi.. lebih cepaat.. ". Tampaknya untuk soal kocok mengocok, bi Laha lumayan berpengalaman. Ia juga tau tempat sensitif pria di urat sebelah bawah kepala penis. Seraya mengocok naik-turun, jempolnya mempermainkan urat itu membuat mataku terbeliak dan pinggulku berputar-putar. "Enak bi.. aaahhh.. ennnaaaak.." Lalu tanganku melepaskan remasan di pantatnya, dan kusentakkan tali celana dalam nilonnya. Maka terlepaslah penutup terakhir tubuh sintal isteri mang Iyus itu. Dengan sigap kuletakkan jari tengahku di belahan vagina bi Laha. Kusibakkan hutan lebat keriting itu, lalu jariku mencari-cari tonjolan kecil di bagian atas vaginanya.
"Aaaahh… sssss… aaaahhh.. agak keatas Fi.. agak keatas.. iyaah..yang ituuu.. yang ituuu.. ouuuuh..." Kembali tangan kanan Bi Laha memeluk leherku, sementara tangan kirinya semakin cepat mengocok penisku.

Putaran pinggul bi Laha semakin liar mengikuti kocokanku pada klitorisnya. Erangan dan desahannya sudah menjadi teriakan-teriakan kecil. Ia sudah tak peduli kalau orang lain akan mendengar. Dengan satu tangan yang masih bebas, kulepaskan celana dalam CK ku sehingga bi Laha semakin bebas mengocok penisku. "Fi… kita berdua telanjang bulat Fi.. kita berdua, bibi dan keponakan, telanjang bulat di ruang tamu.." Desahnya sambil memejamkan mata dan tersenyum manja. Lalu kuhentikan kocokanku, dan kuletakkan ujung jari tengah dan telunjuk di pintu vaginanya. Pelan-pelan kudesakkan kedua jariku ke dalam liang yang sudah teramat basah itu.
"Eeehhhh…" Isteri pamanku itu mengerang lalu menggigit pundakku dengan gemas, kerika kuputar-putar jemariku seraya mendesakkannya lebih kedalam. Lalu mendadak kuhentikan gerak jemariku itu dan berkata, "Bi.. bibi yakin mau melakukan ini ?"
"Ohhh ke..kenapa kamu tanya itu 'yang ..?? Ssss…" Tanyanya dengan pandangan sayu seraya mendesis dan menyorong-nyorongkan selangkangannya dengan harapan jemariku melesak semakin dalam.
"Emm, ingat omongan bibi sebelum ini ? Bibi bilang ini kesalahan terbesar ?"
"Kamu tau maksud bibi mengatakan itu ?" Aku menggeleng. Perlahan, senyum nakal mengembang di bibir perempuan itu. "Adalah kesalahan besar kalau bibi menolak penismu yang… AAAAAAHHH.." Kutusukkan kedua jariku sehingga melesak masuk ke dalam vagina basah itu sehingga pemiliknya menjerit walau belum habis berkata-kata. Mata bi Laha membelalak, mulutnya menganga seakan sedang mengalami keterkejutan yang amat sangat. Rasakan !! Senyumku dalam hati. Inilah upah berpura-pura. Bi Laha, bi laha. Aku tahu bibi menginginkan ini sejak perjumpaan pertama. Aku tahu penolakan-penolakanmu itu tak sepenuh hati.
Pelan-pelan kugerakkan jemariku keluar masuk vagina bi Laha. Gerakan itu semakin lama semakin cepat. Dan ruangan itu kembali dipenuhi oleh jeritan-jeritan bi Laha yang semakin menggila bercampur dengan kecipak vaginanya yang sudah banjir tak keruan. Sambil terus menusuk-nusukkan jemariku di selangkangannya, pelan-pelan kubaringkan tubuh isteri pamanku itu di atas sofa. Bi Laha merebahkan tubuhnya seraya membuka selangkangannya. Tusukan dan putaran jemari di vagina perempuan itu semakin kupercepat. Pinggulnya kini bergerak naik turun seakan tengah mengimbangi tusukan-tusukan penis lelaki. Aku mencium pangkal lengan mulusnya yang membentang ke atas mencengkram pegangan sofa. Lalu bibirku menelusuri lengan itu ke arah ketiaknya. Sambil mengecup dan sesekali menggigit, bibirku akhirnya sampai pada ketiaknya yang disuburi oleh rambut lebat. Harum ketiaknya membuat penisku semakin berdenyut di tengah kocokan tangan bi Laha. Lalu bibirku mengecup dan menarik-narik rambut ketiaknya dengan buas membu "Haaaahh..haaaaaaahhh..Fiii..geliiiiiii…" Perempuan itu mendadak menjerit liar. Ah, rupanya ketiak merupakan salah satu 'titik lemah' yang dapat memicu keliaran dan kebinalan birahinya.
KRIIIIIIIIING… Telepon sialan !! Kalau itu pamanku, ia benar-benar laki-laki yang menyebalkan !!! Makiku dalam hati.

Bi Laha menggeser pinggulnya berusaha meraih gagang telepon. Pinggulnya terus bergerak-gerak mengisyaratkanku untuk terus mengocok dan menusuk vaginanya denga jariku.
"Haloo.. Haloo.." Bi Laha sama sekali tak berusaha menyembunyikan nafasnya yang tersengal-sengal. Gila, nekat sekali dia. "HALOO…" Ia mulai meninggikan suaranya. Setelah beberapa saat tak mendengar jawaban, bi Laha menggeletakkan begitu saja gagang telepon di atas sofa.
"Siapa itu bi ?? Mang Iyus ??"
"Tauk, ngga ada suaranya.. " Katanya seraya memeluk leherku dan mencium bibirku dengan kekangenan yang luar biasa. "Fiii.. " Desahnya manja, "Bibi mau.. , masukin penismu sekarang dong…. please…" Wah hebat. Bibiku ini sudah menggunakan terminologi Inggris ! Please, katanya.
"Sabar sebentar ya bii.." Ujarku tersenyum sambil mengeluarkan jemariku dari vaginanya. Lalu menggeser tubuh sintal bi Laha sehingga terduduk bersandar di sofa. Kakinya menggelosor ke lantai dengan sedikit mengangkang. "Mau diapain 'yang…?"
"Sshhhh.. nikmatin aja bi.." Aku mulai menciumi dan menyedot kedua buah dada montoknya. Lalu pelan-pelan bibirku mulai menyusuri perutnya yang semulus marmer itu ke arah selangkangan. Menyadari arah bibirku, perempuan itu mengepitkan kedua pahanya dan menahan kepalaku.
"Fi.. jangan Fi… jangan ke situ.. bibi Risih.."
"Hmm.. kenapa risih bi..? Kan kontol dan tangan saya sudah pernah masuk ke memek bibi ?"
"Dasar bandel.., bibi risih.. soalnya kalau kamu cium disitu.. kamu akan lihat semuanya.. bibi.. bibi malu.."
<< Jantung Nuke nyaris terlompat dari dadanya mendengar percakapan yang baru saja didengarnya. Ia masih memegang gagang telepon di rumahnya. Baru saja ia memberanikan diri untuk menelepon isteri tua suaminya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Sebagai isteri muda, ia merasa tak enak menjadi penyebab pertengkaran suaminya dengan perempuan itu. Namun, entah mengapa, ketika isteri pertama suaminya itu menjawab teleponnya dengan nafas tersengal, Nuke merasa keberaniannya hilang. Ia juga merasa ada sesuatu yang luar biasa tengah terjadi pada perempuan itu. Dan Rafi, keponakan suaminya yang sedang berlibur itu, ternyata sudah pernah menyetubuhi Laha. Juga, anak muda itu pernah memasukkan jarinya ke dalam anu-nya Laha !! Oh, haruskah ia menceritakan ini pada suaminya ?? Pantaskah ia menguping perbuatan mereka ?? Pelan-pelan, Nuke kembali mendekatkan gagang telepon itu ke telinganya.
"Ngga apa-apa bi.. ngga usah malu.. memek perempuan kan sama dimana-mana ?" Terdengar suara lelaki itu berusaha menenangkan Laha. Oh, akankah keponakan suaminya itu berhasil mencium anu bibinya sendiri ? Tanpa sadar, Nuke menggigit bibir dengan perasaan tegang.
"FII !! Please.. ganti kata-kata kontol dan memek itu !! Bibi risih mendengarnya.. " Terdengar lelaki itu tertawa. "Oke.. gimana kalau penis dan vagina ? Sound better ??" Lalu terdengar suara orang berciuman. Nuke menelan ludah, dan menyilangkan kedua pahanya. Lama tak terdengar suara apa-apa. Oh, apa yang sedang mereka lakukan ? Tiba-tiba Nuke terperanjat oleh jeritan Laha.
"FIII..jangaaann.. pleaasee.. Bibi maluuu.. " Terdengar suaranya seperti orang hendak menangis. "Aaaaa Fii, jangan dipaksa dong… oh..ooohh.. ooooohhhhhh…" Lalu yang ada di telinga Nuke adalah rintihan dan erangan Laha penuh kenikmatan. Gila pemuda itu. Kelihatannya ia berhasil mencium dan menjilat anu-nya Laha. Oh, seperti apakah rasanya ?? Pasti luar biasa, karena suara perempuan itu tak melawan lagi dan cuma melolong-lolong keenakan.
"Ooohhh.. Fiii.. enak bangeeeeet…. Yah..yah..iyaaaahhh… sedot daging yang atas sayang.. yah itu..itu.. AAAAHHH.. sedot terus Fiii… sedot terruuusss…" Nuke mulai menggesek-gesekkan kedua pahanya. Ada perasaan geli dan gatal mengalir ke selangkangannya. Tiba-tiba ia terperanjat ketika mendengar suara mang Iyus tepat dibelakangnya.
"Gimana Nuk ? Sudah bicara dengan Laha ?" Nuke menutupi bulatan tempat bicara pada gagang telepon, takut suara suaminya terdengar oleh pasangan yang tengah asyik masyuk di ujung sana.
"Mmm belum, teleponnya masih bicara.." Katanya berbohong. Tampak suaminya menghela nafas. Nuke merasa kasihan melihat wajah suaminya itu. Lelaki malang, ia tak tau isteri pertamanya kini tengah asyik bergumul dengan keponakannya sendiri.
"Kalau begitu, ayo kita antar ibu ke dokter.."
"Emm, kang Iyus aja deh yang nganter.. Nuke mau coba telepon teh Laha dulu.. ngga enak rasanya.. " Suaminya hanya mengangkat bahu dan berlalu. Setelah mobil suaminya melesat keluar, Nuke buru-buru mengganti kebayanya dengan daster, tanpa beha, tanpa celana dalam. Lalu dengan segera meletakkan gagang telepon itu kembali di telinganya. >>
Bi Laha mengangkat kedua paha dan menyandarkannya di pundakku. Lidahku dengan rakus menjilat daging merah yang terletak diantara dua bibir vaginanya. Kedua bibir itu sudah terbuka lebar dikuak oleh kedua tanganku. Rasa asin dilidahku makin merangsang birahiku. Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina itu dikombinasikan dengan sedotan-sedotanku pada vagina bi Laha. Perempuan itu menghentakkan pinggulnya sambil menjilati bibirnya sendiri. Tangannya menekan kepalaku dengan keras di selangkangannya.
<< Erangan dan rintihan Laha, membuat selangkangan Nuke semakin dipenuhi oleh rasa geli dan gatal. Brengsek. Kenapa aku jadi penasaran dengan permainan mereka ? Bagaimana akhirnya ? Hmm seperti apakah lelaki bernama Rafi itu ?
"Ohh Fii.. lidah kamu seperti penis.. enak banget keluar-masuk seperti itu.. bibi rasanya udah ngga tahan.. tolong masukin penis raksasamu sekarang dong Fiii.. please…" Penis raksasa ? Gila juga isteri tua suamiku itu, kata Nuke dalam hati. Kok dia ngga malu minta-minta dimasukin seperti itu ya? Sial, aku malah jadi penasaran. Seperti apa sih si Rafi itu ? Dan, mmm, sebesar apa sih penisnya ??
"Fii.. ayo dong.. bibi hampir keluar nihh.. hentikan sedotanmu sayang.. ayoo.." Huh. Nafsu perempuan itu ternyata besar juga. Pantas dia tak tahan oleh godaan keponakannya sendiri. Apalagi anu-suaminya sedang ada masalah. Oh, tak terasa sudah hampir 6 bulan saat terakhir aku merasakan sentuhan kang Iyus. Tiba-tiba perempuan itu merasa iri pada Laha. Bagaimanapun, isteri tua suaminya itu berani mengambil keputusan !! Nuke mengakui. Tiba-tiba terdengar suara gemerisik di sambungan telepon itu. "Aduh, telepon sialan, ngganggu aja !!" Terdengar makian Laha begitu jelas di telepon. Oh, rupanya perempuan itu kini terbaring dan kepalanya menindih gagang telepon yang masih tergeletak di sofa. Nuke berharap cemas semoga telepon itu tidak diputus. Lalu terdengar suara kecupan dan erangan. Oh mereka mulai lagi berciuman dengan bernafsu. Syukur mereka tetap tak peduli dengan teleponnya. Aku bisa membayangkan seorang pemuda tengah merayap di atas tubuh Laha, lalu perempuan itu membuka lebar-lebar pahanya.. lalu lelaki itu menempelkan penisnya di pintu vagina isteri tua suamiku itu.. lalu mendorong pelan-pelan pinggulnya.. " Yah Fii..yah… pelan-pelan Fii.. ouhh besarnyaaa.." Laha mulai merintih-rintih. Nuke menggesek-gesekkan pahanya. Berkali-kali ia menelan ludah. Jantungnya berdegup cepat. Oh, lelaki itu mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Laha !! Tangan isteri muda itu menyelip ke dalam selangkangannya. Ada kelembaban yang hangat terasa di sana.
"Uhhh.. Fii stop dulu sayang.. ssakiiit… hh.. hh.. hh.." Nuke sempat bergidik mendengar rintihan Laha. Seberapa besar punya-mu Rafi ? Oh, kenapa aku jadi tak sabar ingin bertemu dengan pemuda itu ? Nuke, jangan gila !! Kau kan tidak berharap pemuda itu melakukan apa yang diperbuatnya pada Laha kepadamu ? Nuke tidak tahu jawabnya. Andaikan ia tahu pun ia tak mau menjawabnya. Suara nafas Laha jelas sekali di telepon. Kentara sekali ia tengah menenangkan dirinya menahan sakit dan nikmat karena dimasuki penis keponakannya yang besar itu.
"'Yang.. bibi sudah siap.. ayo.. masukkan semuanya.. yahhh..iyyaaAAAAAAHHHHH…." Oh, gila, gila.. penis besar itu pasti sudah masuk semua !!! Oh, terbayang nikmatnya. Terbayang rasa kesemutan dan pegal itu. Nuke teringat kala pertama kali suaminya merenggut keperawanannya. Ssss..ohhhh.. Isteri muda itu mulai menekan-nekan vaginanya dari luar daster. Lalu mulailah terdengar suara kecupan, suara erangan pasangan kasmaran itu yang seirama dengan bunyi sofa berderit-derit.
" Ahhh.. terus Fi.. teruuus.. lebih cepat..lebih cepaaaaat.." Jerit Laha. Dan suara derit pun terdengar lebih cepat. Oh, bisa kubayangkan pinggul lelaki itu naik-turun dengan cepat. Juga bisa kubayangkan suara vagina Laha berkecipak dihujam dengan keras oleh benda besar milik keponakan suamiku itu.
"Yahh.. sedot yang keras Fi.. sedot yang keraaas.. gigit puting bibi sayang.. gigit puting bibiiii… "
Oh, tiba-tiba Nuke mengeluh, bisakah aku seberuntung perempuan itu ? >>
Leherku terasa hampir patah dipeluk oleh bi Laha. Ia memintaku untuk menyedot buah dadanya sekuatku, menjilat putingnya secepatku, dan memompakan punggulku sekerasnya. Tak kalah dengan tangannya, kedua kakinya merangkul erat pinggangku. Hentakan pinggulku membuat buah dada isteri pamanku itu berguncang-guncang keras. Mulutnya yang seksi terus menganga menghamburkan jeritan-jeritan birahi. Kaki indahnya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi hitam itu, kini terangkat di udara seakan menyambut tusukan-tusukan penisku. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh membuat kulit kami terlihat mengkilat dan licin bila digesekkan satu sama lain. Otot tubuh bi Laha tiba-tiba menegang. Oh, apakah ia akan mencapai puncaknya ? Padahal aku belum apa-apa. Aku masih ingin lebih lama menikmati pergumulan ini.

<< Nafas Nuke mulai memburu. Jantungnya berpacu dengan gesekan tangan di selangkangannya. Aaaah, permainan panas Laha dengan anak muda itu benar-benar membuat vaginaku becek gila-gilaan. Beruntung rumah ini kosong, pikir perempuan berusia 20 itu seraya menyingsingkan dasternya sehingga vagina polos tak berbulu itu langsung menyentuh bantalan kursi. Sejak remaja ia telah mencukur habis bulu kemaluannya. Terasa lebih bersih, demikian alasannya. Lalu dengan cepat ditempelkannya jari tengah pada tonjolan daging di ujung atas bibir vaginanya. Kini, jantung Nuke berpacu dengan kocokan jari di klitorisnya. Ia mendesah, mendesis, seraya memegang gagang telepon itu dengan kuping dan pundaknya. Tangannya yang satu tengah membuka kancing dasternya dan menyelinap cepat mencari buah dada berukuran 34 itu. Ohh, nikmatnya sentuhan-sentuhan di buah dada, puting dan vaginaku. Pasti lebih nikmat lagi kalau tangan keponakan suamiku itu yang melakukannya. Ahhhh, ssssss, pemuda brengsek. Kenapa kau tidak menginap disini ?
"Fii.. kamu.. hhh.. udah mau keluar … hhh.. sayang..?? " Suara Laha terdengar serak dan terputus-putus. Nuke mempercepat putaran dan pelintiran di klitorisnya. Mulutnya menganga, rintihannya mulai terdengar keras. Tiba-tiba ia merasa seakan-akan vaginanya dipenuhi oleh penis keponakan suaminya itu, yang memompa dengan keras. Aaaaahh.
"Belum Fii..?? Kamu belum mau keluar ?? Ooohh bibi udah ngga tahan sayang.. bibi mau keluar.. ngga apa-apa ya bibi duluan.." Nuke mempercepat putarannya. Tangan satunya kini memilin dan menarik-narik putingnya dengan keras. Ia seakan bisa merasakan pompaan penis pemuda itu pada vagina Laha semakin cepat dan semakin cepat.. dinding vaginanya mulai berdenyut cepat, nafasnya semakin cepat.>>
Pinggulku menghentak semakin cepat dan cepat. Tubuh bi Laha terguncang kesana kemari, dan gelinjangnya tampak sudah tak karuan. Tiba-tiba pahanya menjepit keras, dan pinggulnya yang sedari tadi berputar-putar liar itu diangkat tinggi-tinggi dan..
"Ooooh… bibi keluar.. bibi keluaaaarrrr….NGGGGGGGGGGG…." Terdengar suara bi Laha merengek panjang. Tangannya menjambak rambutku dan serta mencakar pundakku. Matanya membelalak dan mulutnya meringis. Otot wajahnya tegang seperti orang yang tengah melahirkan. Ketika itu juga penisku terasa hangat disemprot oleh cairan orgasme bi Laha. Dan dinding vaginanya seperti menyempit meremas-remas penisku.
<< Aaaaaahhhh, Rafiiiii… aaaaahhhh aku.. aku juga keluaaaarrrr……. Nuke menghempaskan tubuhnya ke tembok. Gagang teleponnya terjatuh ke lantai. >>
Suara apa itu ? Seperti keluar dari gagang telepon yang tergeletak di sisi kepala bi Laha yang kini terbaring lemas, seperti orang yang kehilangan tulang-belulang. Ah, mungkin cuma imajinasiku saja. Aku menghentikan aktifitasku, dan menikmati keindahan wajah isteri pamanku yang sedang mengalami orgasmenya. Pipi ranum perempuan itu kini tampak memerah, buah dadanya mulai naik turun dengan irama teratur. Pelan-pelan wajah cantik itu membuka matanya, lalu dengan lembut ia mencium keningku dan dengan penuh kasih sayang memelukku erat.
"Terima kasih sayang, terima kasih.." Bi Laha memandangku dengan mata berbinar. "Kamu sudah menghilangkan dahaga bibi selama ini.. " "Sama-sama bi…, bibi juga merupakan perempuan diatas 30 yang tercantik dan terseksi yang pernah saya lihat. Ini kali pertama saya tidur dengan wanita seusia bibi. Dan…" Aku mencium bibirnya lembut. "…tingkah dan tubuh bibi ngga beda dengan perawan.. " Perempuan itu tergelak, lalu mencubit pinggangku. "Dasar perayu.. ayo kasih bibi satu menit untuk membersihkan diri, lalu giliran kamu bibi puaskan… " Ia mencabut penisku yang masih tegang dari vaginanya, lalu membimbingku ke kamar mandi. "Punyamu itu benar-benar mengerikan lho Fi.." Komentarnya ketika menyiramkan air dingin di tubuh kami berdua. Air dingin itu mendadak seakan memberi tenaga baru bagi kita berdua. Kesegarannya terasa mengalir dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah mengeringkan tubuh, perempuan itu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Penisku yang sempat layu, kembali menegang menempel di perut mulusnya. "Hmmmm.." Ia bergumam kagum. "Si besar-mu itu sudah siap rupanya ??" Aku mengangguk. "Kamu mau main di mana Fi ? Di kamar bibi..?" Aku menggeleng "Ngga
bi.., ini kamar mang Iyus.. saya ngga mau.. bau kamar ini mengingatkan saya kalau bibi isteri paman saya.. dan itu membuat saya cemburu.." Bi Laha tersenyum bahagia mendengar kata-kataku itu, mukanya berbinar-binar persis seperti remaja yang sedang kasmaran. Ia pun mulai menggesek-gesekkan perutnya ke penisku membuat cairan bening itu keluar lagi membasahi pusar. "Kalau begitu kita main di sofa lagi ya..?" Tanpa menunggu jawaban, ia membimbingku menuju sofa. Gagang telepon itu masih tergeletak di sana. Sambil duduk, aku meraih gagang itu untuk kuletakkan kembali di tempatnya, namun bi Laha mencegah. "Jangan. Biarkan disitu. Bibi ngga mau diganggu oleh telepon dari pamanmu. Malam ini… kamulah suami bibi… dan seorang isteri yang baik akan melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya… ya ngga 'yang..?"
<<Benar firasatku. Mereka akan memulai lagi permainan panasnya !! Tapi tak kusangka Laha sedemikian marahnya pada suamiku, ehm, suami kami. Seperti kemarahan yang terakumulasi lalu meletus dengan dahsyatnya. Oh kedengarannya mereka sudah mulai. Laha mulai mengerang dan merintih.. wah sedang diapakan dia ?? Hmh.. betapa beruntungnya kau Laha.. Semoga aku sempat mencicipi pemuda itu sebelum pulang ke Bandung !! Nuke melihat jam di dinding, sudah 20 menit sejak suaminya pergi ke dokter. Ahh, mudah-mudahan antreannya panjang. Lampu di kamar tengah itu padam. Nuke terbaring di atas kasur busa sambil menempelkan gagang telepon erat-erat di kupingnya. Tubuhnya telanjang bulat.>>
Sehabis menggosok-gosokkan jemariku di lipatan vaginanya, dengan gemas kuraih tubuh telanjang isteri pamanku itu dan kududukkan di pangkuanku dengan posisi saling berhadapan. Kakinya yang mulus itu mengangkang sehingga bagian bawah penisku menempel tepat di belahan vaginanya. Dadanya yang busung tepat berada di depan mulutku. Dengan segera kubenamkan mulutku di belahan buah dadanya. "Emmm.. " Bi Laha menggelinjang genit "Kamu suka sekali sama susu bibi ya..?" Sambil mulai menyedot putingnya aku mengangguk. Bi Laha mulai bergumam seperti orang terserang demam sambil memeluk leherku. Pantatnya digerakkannya maju mundur sehingga vaginanya menggesek-gesek batang penisku. Tak sampai 3 menit bergumul, bi Laha sudah terangsang kembali. Kasihan bibiku ini. Begitu lamanya ia menahan dahaga sehingga akibatnya, cepat sekali perempuan itu terangsang. "Ooohh Fiii.. bibi ngga tahan… " Tiba-tiba dengan cepat tangannya menangkap penisku, ia mengangkat pantatnya sedikit lalu menyelipkan kepala penisku di bibir vaginanya. Pelan-pelan, ia menurunkan pantatnya sehingga batang besar itu melesak ke dalam vaginanya yang, my god, sudah basah itu. "Aaah.. sss…aaahh.." Bi Laha mulai mendesis-desis merasakan kenikmatan di dinding vaginanya. Hmm, agak terlalu cepat prosesnya, pikirku. Lalu kuhentikan gerak pantat perempuan itu sehingga penis yang baru masuk seperempatnya itu tertahan di dalam. "Ohhh… kok ditahan 'yang..?" Bi Laha bertanya dengan nada kecewa. "Ngga… saya ingin cara lain bi.. bibi ngga keberatan kan..?". Tiba-tiba perempuan itu tersenyum malu dan melepaskan penisku dari jepitan vaginanya. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku sambil memelukku mesra. "Maaf 'yang, bibi lupa sasma kamu. Bibi memang egois. Bibi cuma memikirkan bagaimana untuk secepatnya orgasme lagi.. Maklum, anak perawan.." Kami berdua tergelak. Bi Laha, bi Laha.. sayang kau isteri orang.
"Oke, kamu mau bibi ngapain supaya puas…"
"Coba bibi berlutut di depan saya.." Bi Laha tersenyum dan berlutut tepat diantara dua pahaku. Penisku kini tepat berada di dadanya yang montok. "Terus.. ngapain..?" Katanya polos.
"Tutup mata bibi dan buka mulut.. saya ingin mencium bibir bibi sambil berlutut.."
"Uuuhh.. macem-macem.. " Ujarnya manja, sambil menutup mata dan membuka mulutnya.
"Mulutnya kurang lebar bi.. saya ingin menjilat lidah bibi.."
<< Apa yang kau inginkan Rafi..? Jangan-jangan ia ingin agar Laha memasukkan….. >>
"MMMMM !!!! MMMMM !!!" Bi Laha menjerit-jerit kaget ketika kumasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ia terbelalak melihat batang besar itu bergerak keluar masuk rongga mulutnya. Tampak ia agak jijik dan risih sehingga beberapa kali tampak hendak meludahkan penis itu keluar. Namun, tanganku dengan kokoh menahan kepalanya untuk memaksa mencicipinya. "Maaf bi, saya paling suka kalau penis saya dikulum. Saya takut kalau minta, bibi malah nggamau. Nah, terpaksa saya agak maksa.. Tapi rasanya enak kan ?"
"MMMM !!!" Bi Laha menggumam keras sambil memperlihatkan ekspresi berpura-pura marah. Tapi, ia mulai menggerakkan kepalanya naik-turun tanpa paksaan. Nafasnya juga ikut memburu. Rupanya dengan mengulum penisku ia semakin terangsang birahinya..
"Yaaahh.. begitu bi.. tapi giginya jangan kena batang saya dong bi.. sakiit.. Naaahh begitu.. aouhh.. aaaaahhhh.."
<<Nuke memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut, lalu mengulumnya. Oh Rafiiii, kau benar laki-laki penuh fantasi. Benar dugaanku, kau memang menginginkan penismu dikulum dan dihisap. Oooh nasib, kenapa Laha selalu yang ditakdirkan untuk mendapat sesuatu pertama kali ? Perempuan itu kemudian meremas buah dadanya dengan keras. Telunjuknya serasa berubah menjadi penis besar milik keponakan suaminya itu, walaupun ia tak pernah melihat bentuk aslinya. Tiba-tiba ia merasa batinnya seakan mengucapkan sumpah; aku harus mendapatkan pemuda itu, apapun resikonya !!>>
"Bii.. sekarang sambil masuk keluar, lidah bibi digoyang dong.. supaya kena urat sebelah bawah yang deket kepala.. yaaahh..YAAAHHH.. GITUU.. addouww.. BII.. ENNAAAK.. aahhh.." Aku mulai menggelinjang-gelinjang. Tubuhku kini bersandar dengan santai di sofa dan hanya pinggulku yang bergoyang-goyang mengikuti irama keluar-masuk mulut isteri pamanku itu. Bi Laha memang orang yang cepat belajar. Terbukti tanpa petunjuk, ia mulai mengembangkan sendiri teknik-teknik oral sex. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, bi Laha tengah menyedot sambil sesekali menggigit urat sensitif di bawah kepala penisku. Lalu, ia juga mengecup dan mencubit-cubit dengan bibirku batang penisku dari arah kepala sampai kedua bola di pangkalnya. Dan yang gila, ia kini bisa mengkombinasikan antara kuluman dan kocokan tangan. Penisku digenggamnya di bagian atas lalu diturunkannya ke pangkal batang. Ketika bagian kepala penisku keluar dari ujung genggamannya, mulutnya langsung menyambut untuk dikulum. Demikian seterusnya. Aku hanya bisa berkata "Biiii.. bibiiii… ennnaaakkk..aaahhh.." seraya membelai-belai punggungnya yang putih mulus itu. Kadang-kadang belaianku itu mendekati belahan pantatnya, yang sesekali kuremas gemas.
<<Hebat kau Laha, aku iri padamu. Kau bisa membuat pemuda itu mengerang keenakan dengan sedotan dan hisapanmu. Itu berarti, kau ahli memuaskan lelaki. >>
Aku mencabut penisku dari mulutnya lalu mengecup bibirnya mesra. "Terima kasih bi... bibi memang baik sekali…" "Tapi, kamu kan belum keluar 'yang..?" "Hehe.. nanti juga keluar sendiri.. bi.. pinjam susunya dong.." Aku meletakkan penis besarku di belahan buah dada bibiku yang montok itu. Seakan sudah berpengalaman, perempuan itu menjepit penisku dengan buah dada kiri kanannya, lalu pelan-pelan mulai bergerak naik turun. "Oaaaaaah…oaaaaahh..biii..bibiiii jepitan susunya enak bangeeeett.. penis saya rasanya diremes-remes.. aaaaahhhh…".
<<Nuke mengangkat kedua pahanya sehingga dengkulnya nyaris menyentuh buah dadanya, lalu ia memasukkan jari tengahnya ke dalam liang vaginanya. Aaaaahhh.. aku tak tahan lagi mendengar permainan mereka.. Aku ingin cepat-cepat orgasme lagi… Dan perempuan itu mulai memutar-mutarkan jarinya di liang lembab itu. Rafi, Laha, kalian memang gila. Belum pernah aku mendengar kisah persetubuhan sepanas kalian. Apalagi yang sedang kalian lakukan sekarang. Menjepit penis dengan kedua buah dada ? Lalu, si lelaki menggerakkan penisnya maju mundur ? Ohhh benar-benar sensasional !!! Tiba-tiba didengarnya suara pemuda itu berkata, "Bii.. saya ngga tahan lagi.. bibi benar-benar merangsang birahi saya.. Coba sekarang bibi berdiri menungging. Pegang dudukan sofa ini.."
"Begini Fi..?"
"Yak... betul. Kakinya dibuka agak lebar.. yak. Fuuuhh.. Pantat bibi seksi sekaliii.. " Terdengar suara pemuda itu seperti memuja sesuatu. "Kalau bibi goyang seperti ini, kamu suka ?? " Laha mulai menggoda dengan nada senang. Tentu saja senang. Siapa yang tak senang dipuji ?? Tanpa sadar Nuke berkata ketus dalam hati.
"'Yang.. kamu mau masukin dari belakang ??"
"Yak.. ini satu lagi kesukaan saya.. bibi pernah melakukannya ?" "Boro-borooo.." Nuke tersenyum masam mendengar jawaban Laha. Perempuan itu benar. Kang Iyus adalah lelaki tanpa fantasi. Baginya seks adalah suatu kewajiban. Bukan alat untuk mencapai kenikmatan. Nuke pun mulai bisa mengerti mengapa isteri tua suaminya itu nekad berselingkuh dengan keponakannya sendiri. Tiba-tiba terdengat suara Laha merintih-rintih. "Sakit bi…?" Oh, pemuda itu mulai memasukkan penisnya dari belakang !! Ow, pasti nikmat sekali..!!>>
"Sedikit.. ssss… pelan-pelan ya 'yang..?" Bi Laha mencengkeram kain dudukan sofa itu seraya menggigit bibir. Rupanya ia merasa sakit menerima peneterasi dari arah belakang untuk pertama kalinya. Baru separuh penisku memasuki vaginanya. Aku membelai pantat yang sedang menungging itu, terus ke arah punggung, lalu ke bawah menyambut buah dadanya yang bergelantungan. Kepalanya menengok kebelakang ingin melihat bagaimana penis besarku memasuki vaginanya.
"Coba dorong lagi Fi.. sedikit-sedikit ya..? " Aku mengangguk dan mendesakkan penisku semakin dalam. "Yaahh..iyyyaahhh.. RAFIIIIII…auh.. panjang sekali punyamu 'yang…." Perempuan itu menjerit ketika seluruh penisku amblas tertanam dalam vaginanya yang becek itu. Lalu mulailah aku menikmati posisi kesukaanku itu. Kuhentakkan keras-keras pinggulku ke pantat bi Laha. Setiap hentakan menyebabkan pantatnya bergetar dan buah dadanya berayun keras. Setiap hentakan itu juga menyebabkan mulut seksi perempuan berusia 30 an itu menjerit dan meringis. Lalu tempelkan perut dan dadaku di punggung mulusnya. Tangan kananku mulai meremas-remas kedua buah dadanya serta memilin putingnya, sedang tangan kiriku mengocok tonjolan daging di pangkal vagina yang dipenuhi oleh bulu-bulu keriting itu. "Aaahh.. aaahhh.. enak sekali 'yang… posisi ini ennnaaakk…." Hampir 5 menit kami bergumul dalam posisi menungging. Tiba-tiba kurasakan desiran itu bergerak cepat dari ujung kepala, turun ke dada, melewati perut, dan terus ke selangkangan… Otot-ototku mulai menegang.. "Biii.. bibi…saya mau keluar biii.." "Ya sayang.. ayo sayang.. bibi juga mau keluar.. bibi juga mauuu.."
<<Ooohhhh Rafiii, aku jugaaaa… Nuke mempercepat tusukan jari tengah di vaginanya. Terdengar suara mobil suaminya memasuki halaman. Nuke tak peduli.>>
Aku mendekatkan kepalaku ke kepalanya, bi Laha menengok dan menyambut ciumanku dari belakang. Kami saling memagut sambil terus merasakan gesekan-gesekan di kelamin kami yang semakin cepat, kocokanku di klitorisnya yang semakin liar, remasanku di buah dadanya yang semakin keras, ciuman kami yang semakin buas diiringi "Mmmmmhh…mmmmhh.." yang semakin keras dan sering. Tiba-tiba otot-otot tubuh kami menegang, lalu semakin menegang, semakin menegang, lalu……
"BIBIIIIII SAYA KELUAAAAAARRR….. AAAAAAAAAAHHHHHH….."
"Bibi juga sayang, bibi juGAAAAAAAAAA…..NGGGGGGGGGGGG……."
<<Tubuh Nuke meregang, lalu ia menusukkan jemarinya dalam-dalam. Dan.. aaouuuuuuhhhhh… aku orgasme.. aku orgasmeee !!!! Gila !! Untuk kedua kalinya !!! Terdengar suara pintu mobil dibuka. Nuke melompat, menutup telepon, membawa kasur busa dan menghilang ke balik kamar tidurnya.>>
Malam itu, atas permintaannya aku menyetubuhi bibiku sekali lagi di atas meja makan. Untuk membalas hutang tadi siang, begitu alasannya dengan nada gurau. Sesudah itu kamipun tidur berpelukan dengan mesra di kamarku sambil bertelanjang bulat. Sebelum tidur kami mengucapkan beberapa kata cinta dan berciuman lamaaaaaa sekali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar